Éric Abidal: Bek Kiri yang Bermain dengan Ketenangan dan Bertarung dengan Kehidupan

Dalam dunia sepak bola, ada pemain yang dikenal karena skill luar biasa, ada pula karena pencapaian mereka di atas lapangan. Namun Éric Abidal dikenang bukan hanya karena kualitasnya sebagai pemain, tetapi juga karena kekuatan mental dan kemanusiaannya — seorang pejuang sejati baik di lapangan maupun dalam hidup.

Lahir pada 11 September 1979 di Lyon, Prancis, Abidal adalah sosok yang tak banyak bicara, tak mencari sorotan, tapi selalu hadir di momen penting, baik untuk klub maupun negaranya.

Eric Abidal, Barcelona (Photo by Mike Egerton – PA Images via Getty Images)

Awal Karier: Tumbuh di Ligue 1

Abidal memulai karier profesionalnya bersama:

  • AS Monaco (2000–2002)
  • Lille OSC (2002–2004)
  • Olympique Lyonnais (Lyon) (2004–2007)

Di Lyon, ia membantu klub mendominasi Ligue 1 dengan tiga gelar berturut-turut, dan tampil mengesankan di Liga Champions. Kombinasi kecepatan, disiplin, dan kemampuan membaca permainan membuatnya menjadi salah satu bek kiri terbaik Eropa saat itu.


Barcelona: Pilar di Era Tiki-Taka

Tahun 2007, FC Barcelona merekrut Abidal sebagai bagian dari revolusi di bawah era Pep Guardiola. Di tim ini, Abidal menjadi elemen krusial dalam struktur defensif yang menopang gaya tiki-taka yang mendominasi dunia.

Prestasi bersama Barcelona:

  • 4x La Liga
  • 2x Liga Champions UEFA (2009, 2011)
  • 2x Copa del Rey
  • 2x UEFA Super Cup
  • 2x FIFA Club World Cup
  • 3x Supercopa de España

Abidal beroperasi sebagai:

  • Bek kiri utama
  • Bek tengah dalam formasi tiga bek atau saat krisis cedera

Meski tidak mencetak gol dan jarang tampil mencolok, kontribusinya vital — terutama dalam menjaga keseimbangan dan kestabilan lini belakang saat tim dominan menyerang.


Gaya Bermain: Bek yang Tenang dan Elegan

Éric Abidal dikenal karena:

  • Ketenangan saat menguasai bola
  • Disiplin posisi yang luar biasa
  • Kemampuan duel satu lawan satu yang efisien
  • Adaptabilitas di berbagai posisi bertahan

Ia bukan tipe pemain agresif atau penuh trik. Namun ia sangat efektif dalam menjalankan tugas, dan sangat dihargai oleh rekan setim serta pelatih karena kepercayaan yang selalu bisa ia jaga.


Puncak dan Ujian Terbesar: Perjuangan Melawan Kanker

Pada Maret 2011, Abidal didiagnosis menderita tumor hati. Dunia sepak bola terkejut. Namun Abidal, dengan ketegaran luar biasa, menjalani operasi dan kembali bermain hanya dua bulan setelahnya, termasuk tampil di final Liga Champions 2011 melawan Manchester United.

Momen ikonik:

Setelah kemenangan di final, kapten Carles Puyol menyerahkan ban kapten dan trofi kepada Abidal — sebagai simbol kekuatan dan penghormatan. Momen ini menjadi salah satu gambar paling bersejarah dalam sepak bola modern.

Namun pada 2012, kondisinya memburuk. Ia harus menjalani transplantasi hati, dengan donor diberikan oleh sepupunya. Setelah setahun lebih pemulihan, Abidal kembali bermain — sebuah pencapaian luar biasa dalam dunia olahraga profesional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *